Saat ini penggunaan energi terbarukan telah dikembangkan secara pesat oleh beberapa negara di dunia untuk mencapai Net Zero Emission bahkan diproyeksikan peningkatan kapasitas Renewable energy tahun 2020 hingga 2022 sebesar 280 gigawatt peningkatan tersebut yang tertinggi dari tahun ke tahun sejak tahun 1999. Renewable energy juga masih memiliki beberapa keterbatasan.
Tantangan utama dari kebanyakan energi terbarukan adalah intermittency dan variability-nya. Intermittency dimaksud disini adalah keadaan dimana Renewable Energy tidak bisa memberikan energi yang stabil sepanjang waktu, misalnya tenaga surya tidak bisa memberikan energi pada malam hari ketika tidak ada matahari. Sedangkan variability adalah tidak stabilan jumlah energi yang dihasilkan. tenaga surya tidak bisa memberikan output yang sama ketika gelombang radiasi surya kuat dan ketika gelombang radiasinya melemah.
Ada beberapa fakta-fakta tentang renewable energy. Mulai dari terbunuhnya 700.000 burung akibat wind turbine ataupun kincir angin tahun 2021, bahan Solar Cell yang sangat berbahaya bagi manusia, hingga pembangkit listrik yang membutuhkan lahan yang sangat luas. Berdasarkan data dari the renewable energy hub, solar farm membutuhkan minimal 200 hektar untuk skala utilitas dan 25 hingga 40 hektar untuk satu untuk turbin angin untuk skala pembangkit listrik.
Solusi dari permasalahan tersebut adalah diperlukan konsep mix energy untuk aspek intermittency dan variability karena kita tidak bisa bergantung pada satu Sumber saja. banyak konsep energy storage yang sedang dikembangkan walau ternyata harganya masih sangat mahal hingga 356 dollar per kwh. Dengan membangun bird-smart wind energy diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi 2021 silam. pembangunan turbin ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan resiko tinggi bagi burung dan mitigasi yang Solid di lapangan untuk perkembangan solar cell agar lebih aman.
Simak penjelasan lebih detail disini