Pada tahun 2017 dan 2021, dilaporkan terjadi gempa di negara South Korea dan Prancis yang diakibatkan oleh aktivitas geotermal. Padahal, selama ini  yang kita tahu gempa bumi merupakan efek aktivitas vulkanik dan efek pergerakan lempeng tektonik. 

Lalu, apakah benar geotermal bisa menyebabkan gempa? Menurut Majer (2007) ada 4 mekanisme utama yang menyebabkan hal ini terjadi, sebagai berikut.

1. Peningkatan tekanan pori

Mekanisme penambahan tekanan pori, penambahan tekanan pori ini terjadi akibat injeksi air dingin pada sumur injeksi. Penambahan tekanan pori ini akan menciptakan rekahan rekahan pada batuan mengikuti hukum Coulomb, hal ini yang akan menginisiasi terjadinya sesar dan aktivitas seismik.

2. Regangan termoelastik

Perubahan suhu yang dihasilkan dari peregangan atau kontraksi. Air dingin pada sumur injeksi itu akan menyebabkan kontraksi, kontraksi inilah yang akan menginisiasi rekahan rekahan yang sudah ada atau yang belum ada dan hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya patahan atau aktivitas seismik.

3. Pergerakan fluida pada rekahan

Injeksi fluida akan menghasilkan alterasi pada dinding batuan. Alterasi yang terbentuk berupa pengisian bidang rekahan oleh mineral. Alterasi ini disebabkan oleh jumlah kandungan unsur atau senyawa dan solubilitas fluida. Sehingga terdapat perbedaan nilai koefisien friksi antara aliran fluida pada dinding batuan awal dengan dinding hasil pengendapan mineral awal dan mineral berikutnya, karena koefisien semakin besar, maka nilai induced seismicity-nya semakin besar.

4. Proses injeki dan produksi

Perubahan volume pada lapisan reservoir terjadi akibat pengambilan panas bumi atau akibat injeksi air dingin. Perubahan volume ini akan mengakibatkan redistribusi tekanan pada lapisan reservoir dan hal inilah yang akan menginisiasi terjadinya sesar pada rekahan yang sudah ada dan rekahan tersebut sudah berada pada nilai kritis atau hampir akan bergerak.

Mekanisme di atas memang sering sekali berasosiasi dengan lapangan geotermal, jika ditanya apakah ada tahap mitigasinya, jawabannya ada, walaupun sebenarnya aktivitas seismik ini terhitung microearthquake yaitu kira-kira 2 skala magnitudo. 

Langkah mitigasinya adalah sebagai berikut.

1.Mencoba menganalisis atau mengidentifikasi daerah yang rawan rusak akibat aktivitas seismik yang kecil sekalipun.

2.Menginovasi lagi atau kita meng-improve lagi produk teknologi yang kita gunakan untuk produksi dan injeksi. 

3.Memonitoring kondisi di lapangan.

4.Membuat SOP atau membuat protokol ketika keadaan-keadaan yang tidak diinginkan terjadi, kita sudah tahu SOP sehingga kita bisa menghindari korban. 

Pelajari lebih lengkap disini.