Geotermal yang selama ini dinilai bisa menjadi energi terbarukan yang handal, nyatanya masih dihantui oleh mitos-mitos keliru. Terdapat beberapa opini yang tidak benar terkait geotermal.

Lantas apa saja mitos keliru yang tentang geotermal yang selama ini beredar ? Berikut rinciannya:

1. Geotermal tidak bisa dimanfaatkan di tempat dingin atau musim dingin

Faktanya, geotermal berbeda dengan air source heat pump, geotermal memiliki heat pump yang menyimpan dan mendapatkan panasnya dari tanah ataupun batuan di bawah permukaan, yang dapat mempertahankan suhu terlepas dari kondisi lingkungannya. Hal ini menyebabkan saat suhu udara luar ruangan turun, pompa panas bumi akan mempertahankan efisiensinya dan terus menyimpan panas seperti biasa. Hal itulah yang menyebabkan geotermal termasuk sumber energi yang tidak terlalu fluktuatif.

2. Energi geotermal tidak dapat menyuplai energi setiap saat

Pembangkit listrik geotermal bisa menyuplai listrik secara konsisten dan dapat beroperasi selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu serta terbebas dari pengaruh cuaca. Keluaran daya dari pembangkit listrik tenaga geotermal sangat dapat diprediksi dan stabil, sehingga dapat memfasilitasi perencanaan energi secara akurat. Jadi, pembangkit listrik geotermal juga merupakan sarana yang pas memenuhi kebutuhan energi dasar kita sehari-hari.

3. Energi geotermal boros lahan

Padahal yang terjadi adalah sebaliknya, energi geotermal merupakan salah satu energi yang memiliki jejak lahan terkecil dibandingkan dengan sumber energi lainnya di dunia. Geotermal terbilang compact dan menggunakan lebih sedikit lahan. 

4. Pembangkitan tenaga listrik dari sumber geotermal mengeluarkan banyak emisi

Pemanasan dan pendinginan dari sumber geotermal bisa menghasilkan emisi karbon dioksida 75% – 85% lebih sedikit daripada yang dihasilkan bahan bakar gas dan minyak. 

5. Harga teknologi geotermal yang mahal

Fakta menariknya, proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) memang padat modal di awal. Namun berdasarkan, grafik Levelized Cost of Electricity (LCOE) yang membagi total jumlah biaya suatu pembangkit dengan total jumlah listrik yang dibangkitkan oleh teknologi tersebut selama masa pakainya, ternyata harga LCOE geotermal memiliki batas bawah yang sama dengan harga batu bara, yang artinya geotermal ini tidak selalu lebih mahal  dan bisa bersaing dengan batu bara.

6. Pengeboran geotermal menguras air tanah

Faktanya, geotermal Indonesia yang berada di pegunungan, dimanfaatkan panasnya dari kedalaman 1,5 – 2 km sehingga tidak mengganggu kondisi muka air tanah selama dikelola dengan baik yang hanya berada pada kedalaman kurang dari 100 meter.             

7. Pemanfaatan geotermal dilakukan di gunung api aktif                                                        

Faktanya, sumber energi geotermal bisa berasal dari gunung api aktif maupun tidak aktif. Namun pemanfaatannya lebih sering dilakukan di gunung api yang secara historis sudah tidak aktif (historical inactive volcano) karena pemanfaatan panas bumi di gunung api aktif seperti gunung Merapi memiliki beberapa resiko, seperti resiko keselamatan yang diakibatkan oleh hujan asam, abu vulkanik, balistik dan lain-lain. Selain itu juga didukung oleh fakta bahwa sejauh ini belum ada teknologi yg mumpuni untuk memanfaatkan geotermal secara langsung dari gunung api aktif.                              

8.Pengeboran geotermal menyebabkan gempa bumi                                                            

Meskipun pengeboran panas bumi tidak menyebabkan gempa bumi, terdapat kekhawatiran mengenai potensi kegempaan yang disebabkan karena pengembangan teknologi Enhanced geothermal Systems (EGS) untuk sistem hot dry rock. EGS dapat melibatkan teknik deep fracturing untuk membuat reservoir panas bumi lebih permeabel sehingga panas bumi dapat diperoleh dengan lebih mudah. Tekanan tinggi dari fluida injeksi dapat bermigrasi dan mengaktifkan sesar yang kemudian dapat mengakibatkan microearthquake setelah operator mematikan pompa.

Nah, jadi sudah terjawab kan beberapa mitos-mitos di dunia geotermal. Jadi sekarang kita sudah tahu bahwa pemanfaatannya berasal dari gunung api tidak aktif, stabil untuk memasok listrik setiap saat, tidak mahal, bisa dilakukan di tempat dingin, tidak menyebabkan gempa,  irit lahan dan juga menghasilkan sedikit sekali emisi.

Temukan lebih banyak disini.